Rekonstruksi MRP
oleh Ismail Asso *
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEin0IAtwpzOGOonqQ4b-5CVAXilEbFicA1fAqdzDl8ueqHAWqkU5zCJLQFeJlm4lCpB5iWNhyrHOm9YAfQN4PMBypvUGdaFOA3Nid_IoOT6k01At_52VQiwZtCFeXVmAOjl8qvPOA37hsk/s1600/ismael+asso.jpeg)
APAPUN
AGAMANYA DAN SIAPAPUN PENGANUTNYA, KITA HARUS TAHU BAHWA PADA UMUMNYA
SEMUA AGAMA MEMBERIKAN IMPIAN KOSONG DAN HARAPAN-HARAPAN SEMU BAHKAN
HARAPAN PALSU BAHWA TUHAN AKAN DATANG MEMBEBASKAN RAKYAT PAPUA DARI
PENJAJAHAN DAN PENINDASAN YANG DIRASAKANNYA SEJAK PAPUA DIINTEGRASIKAN
KEDALAM WILAYAH NKRI HANYA BOHONG SAJA. TUHAN TIDAK BERKUASA ATAS NASIB
KEMERDEKAAN ORANG PAPUA TAPI YANG MENENTUKAN MERDEKA ATAU TIDAKNYA
ORANG PAPUA DITENTUKAN ORANG PAPUA SENDIRI TANPA MENUNGGU HARAP
KEBAIKAN HATI TUHAN DATANG MEMBEBASKAN PAPUA DARI PENJAJAHAN
TUHAN
KAPANPUN TIDAK KUASA ANGKAT SENJATA MELAWAN PENAJAJAT ATAU PENJAJAH
BANGSA PAPUA TAPI ITU HARUS DILAKUKAN OLEH MANUSIA PAPUA SENDIRI KALAU
BENAR INGIN MERDEKA DARI PENJAJAHAN. INGAT INI SELALU KAPANPUN DAN
DIMANAPUN KAU BERADA WAHAI MANUSIA PAPUA ATAS KATA-KATAKU INI, " TUHAN
TIDAK PEDULI, ENTAH KO BERDO"A ATAU TIDAK YANG MENENTUKAN PAPUA MERDEKA
ATAU TIDAK BUKAN HARAP KEBAIKAN HATI TUHAN TAPI ATAS USAHA CUCURAN
DARA, KERINGAT DAN AIR MATA ORANG PAPUA SENDIRI". TUHAN TAHU ATAU TIDAK
ORANG PAPUA MAU MERDEKA ADALAH AKALAU MEMANG BENAR KALAU TUHAN ADA TAPI
KALAU TUHAN TIDAKA ADA ATAU ADA SESUNGGUHNYA MANUSIA TIDAK PERSIS
MENGERTI.
HAL INI SANGAT BERBAHAYA MENGINGAT AGAMA TUHAN
DIPERKOSA DALAM BAHASA DAN LISAN MANUSIA DALAM KENYATAANNYA ORANG PAPUA
MELALUI AGAMA DAPAT DIBEBASKAN DAN MEMBEBASKAN DIRI TAPI SEBALIKNYA
MEMBELEBGGU KEKBASAN DAN PEMBEBASAN NASIB DAN NASIB RAKYAT PAPUA
SENDIRI MENJADI PENJAJAHAN ITU BUKAN SAJA BERLARUT-LARUT TETAPI AGAMA
MENAMBAH BEBAN PENAJAHAN.
AGAMA BAGI RAKYAT PAPUA JIKA
DIAMATI SECARA SEKSAMA DARI JARAK SANGAT DEKAT SAMPAI BATAS TERLIBAT
LANGSUNG DIDALAM AGAMA DAN MASYARAKAT PAPUA MAKA SAYA TIDAK BISA
MENYANGKAL KENYATAAN BAHWA AGAMA HARUS DIDUGA SANGAT BERTANGGUNGJAWAB
SEBAGAI BAGIAN DARI PENJAJAHAN ITU SENDIRI. ATAS NAMA AGAMA DILUAR
AGAMA SAYA TIDAK ADA KESELAMATAN.
DEMIKIAN HAMPIR SEMUA
AGAMA BESAR DUNIA SEMISAL ISLAM, KRISTEN DAN YAHUDI BAHWA KITA SEMUA
SADAR DAN MENGHAAYTI INI DALAM AJARAN MASING-MASING AGAMA MENGAJARKAN
"DILUAR AGAMA SAYA AGAMA SALAH, AGAMA KAMI SAJA YANG BENAR DAN BAIK,
DILUAR AGAMA SAYAJAHAT KARENA ITU HARUS DICURIGAI, TIDAK BOLEH ADA,
JANGAN BERKEMBANG. HANYA AGAMA SAYA SAJA YANG BENAR, DILUAR AGAMA SAYA
HARUS DICEGAH AGAR JANGAN ADA, JADI AGAMA MEREKA ITU YANG MEREKA ANUT
DILUAR AGAMA SAYA YANG SAYA ANUT ITU AGAMA YANG SALAH. AGAMA MEREKA
SALAH MAKA KITA HARUS MENG-AGAMAKAN MEREKA DENGAN AGAMA KITA. KARENA TU
AGAMA ORANG LAIN, AGAMA DILUAR AGAMA KITA, PADA DASARNYA AGAMA YANG
SALAH, JAHAT DAN HARUS DIWASPADAI.
DEMIKIAN HAMPIR SEMUA
AJARAN DAN WATAK AGAMA YANG MEJADI KESADARAN PARA PENGANUTNYA YANG
DIAJARKAN OLEH SEMUA AGAMA BESAR DUNIA KITA SEMUA TAHU BAHWA
MASING-MASING AGAMA MENGAJARKAN PADA PEMELUKNYA HANYA AGAMA KAMI YANG
PALING BENAR, DILAUR AGAMA KITA SALAH. SEMUA AGAMA BESAR DUNIA MEMILIKI
WATAK AJARANNYA ADA TRUTH CLIEM BAGI PARA PENGANUTNYA DAN ITU SEMUA ADA
DAN TERJADI PADA SEMUA PENGANUT AGAMA SATU KEPADA PEMELUK AGAMA DILUAR
AGAMA DIA.
Hapus MRP Unsur Agama
MAJELIS
RAKYAT PAPUA (MRP) adalah institusi REFRESENTASI cultural rakyat
PRIBUMI 270 suku Papua. Maka kedepan MRP perlu recontruksi (dibenahi
kembali) agar lembaga ini benar-benar dapat merefresentasikan cultural
Rakyat Papua. Sehingga MRP tidak terkontaminasi dengan unsur asing yang
bukan Papua sebagai Papua atau sebaliknya. Misalnya perwakilan unsur
agama yang ada saat ini menurut hemat saya tidak merefresentasikan MRP
sebagai lembaga Asli Rakyat Papua. Sebab bagi orang Papua Agama adalah
gejala baru dan bukan unsur pure (asli) Papua. Oleh sebab itu pameo
bahwa Adat ada dulu baru agama dan pemerintah datang (amber) dalam
kebudayaan Papua.
Jika saat ini ada unsur perwakilan
agama maka itu bertentangan dengan MRP sendiri sebagai lembaga
refresentasi kultural Rakyat Papua. Mengapa ? Karena agama bukan unsur
Asli Papua. Sedangkan faktanya hampir 80% rakyat Papua digunung masih
menghayati nilai-nilai lama sebagai nilai yang hidup hampir sama dengan
agama besar dunia yang dibawa datang Para Missionaris dan Pedagang dari
Timur Tengah/Bugis-Jawa Melayu. Karena itu selama ini MRP ada tiga
unsur kelompok segment masyarakat harus benar-benar konsisten sebagai
lembaga Adat Papua, bukan dicampur aduk antara nilai asing baru bukan
Papua dan Papua Asli.
Karena itu menurut hemat saya
unsur perempuan dan Adat sudah benar tapi unsur agama dalam MRP
bertentangan dan salah kalau MRP sebagai lembaga Adat Papua. Mengingat
Agama bukan made in Papua tapi sesuatu yang asing dan baru dalam gelaja
pembangunan nasional yang berlangsung kini.
Sehingga kita
semua membedakan mana unsur asli Papua dan bukan unsur asli Papua
nantinya. Maka perwakilan Agama harus dihapus dan diganti dengan
perwakilan unsur Pemuda. Sehingga MRP unsur-unsur asing dibuang dan
unsur asli diperkokoh guna menjaga keaslian Papua.
Sesuai
amanat UU Otsus Papua No 21 tentang pemerintahan sendiri dan
Perimbangan Keuangan antara pusat dan daerah. Maka pembangunan dengan
pendekatan pada keberpihakan pada penduduk Asli Papua mutlak perlu.
Caranya adalah dengan memberikan ruang dan tempat seluas-luasnya pada
pribumi Papua diberbagai lembaga pemerintahan maupun dalam bidang
ekonomi. Sehingga secara sistematis desakan dan suar-suara Otsus gagal,
refrendum, ditingkatkan dengan tingkat partisipasi semua secara
sistematis pula. Harus diingat bahwa proteksi politik dan ekonomi,
sosial-budaya dan hukum pada penduduk asli harus menjadi prioritas
utama semua pihak baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah era Otsus
saat ini. Jika tidak Otsus sama sekali tidak bermakna bagi penduduk
Pribumi Papua.
Kebijakan pemerintah pusat memberikan
Otsus bukan sesuatu yang asing dalam kebijakan pembangunan nasional
dimanapun dunia dibanyak negara yang memiliki sejarah konflik internal
kebangsaannya kebijakan seperti ini sesuatu yang biasa dan dilakukan.
Untuk tidak jauh-ambil contoh kemana adalah Bovin Dan itu penting
artinya bagi masyarakat Papua agar mereka membangun dirinya sendiri
sesuai semangat dan amanat UU Otsus Papua. Sebab pengembalian Otsus
oleh sebahagian masyarakat Papua kesejahtreaan adalah tolak ukurnya.
Mengingat selama 11 tahun Otsus Papua berjalan Rakyat Papua tetap saja
miskin dan terbelakang.
Oleh sebab itu sebagai bagian
dari pembenahan semua sistem kebijakan dalam pembangunan Papua sesuai
UU Otsus maka urusan pemerintahan dan pengelolaan sepenuhnya diserahkan
pada Rakyat Papua sendiri tanpa intervensi oleh pusat adalah maha amat
penting. Mengapa? Sebab rakyat Papua sejauh ini merasa bahwa Otsus
gagal karena gagal mensejahterakan penduduk Pribumi. Dalam banyak
lapangan kerja misalnya BUMN dan juga pemrintahan Otsus masih ada
gejala despotisme dan intervensi negara dan pemerintah sangat tinggi.
Wajar jika akibatnya banyak pihak menilai Otsus gagal dan MRP pada
bulan Juli lalu telah mengembalikannya.
Oleh sebab itu
guna menimalisirt intervensi unsur asing dalam budaya dan Adat
masyarakat Papua apalagi MRP adalah refresentasi cultural (adat-budaya)
Papua maka yang harus duduk dan mewakili lembaga Adat-Budaya Papua
harus yang benar-benar budaya dan Adat Asli Papua. Konsekuensinya maka
unsur utusan MRP mana saja yang boleh dan berhak diwakilkan Rakyat
Papua dari unsur asli bukan unsur asing dan baru dalam kebudayaan dan
Adat Rakyat Papua.
Maka utusan wakil agama dalam tubuh
MRP kedepan harus dihapus dan diganti dengan unsur lain atau unsur
pemuda Papua agar MRP benar-benar warna budaya Papua Asli bukan sesuatu
yang asing dan baru dalam budaya orang Papua dilembaga ini. Pemuda
adalah sebagai unsur yang penting dalam utusannya diwakilkan dalam MRP
kedepan sebagaimana unsur utusan perempuan yang berjalan selama ini
walau bukan dianggap budaya Papua. Unsur apa saja dari segmen lapisan
masyarakat adat yang berhak dan diutus perwakilan dalam MRP kedepan
sebagai sebagai lembaga refresebtasi cultural rakyat Papua ini berhak
diwakilkan menjadi agenda para kaum cerdik cendekia Papua. Misalnya
batasan Orang Pribumi Papua. Lalu batasan apa dan bagaimana atau siapa
saja yang dimaksudkan dengan budaya asli Papua.
Karena
itu penting diperhatikan disini adalah dibelakang alasan fundamental
dari proses purefikasi MRP sebagai institusi cultural rakyat Papua
adalah urgen disini. Bukan sesuatu yang asing dalam budaya asli Papua. Purifikasi
menjadi kesadaran kita bersama bahwa ada pintu masuk unsur asing
didalam lembaga keaslian papua adalah pintu masuk mengacaukan keaslian
Adat-Budaya Papua penting diwaspadai bersama. Unsur itu adalah
perwakilan unsur agama.
Karena itu kedepan perwakilan
unsur agama dihapus dan diganti dengan unsur pemuda. Maka MRP kedepan
benar-benar lembaga keterwakilan (refresentasi) culrural (Adat-Budaya)
Papua. Dan langkah ini dianggap dan dimaknai sebagai langkah maju yang
harus segera dilakukan untuk menjaga Papua unik dalam Indonesia dengan
keontetikan Adat-Budayanya.
Inovasi MRP yang
dimaksudkan disini adalah agar kedepan ada kemauan agar orang Papua
sendiri sadar mana unsur asli dan asing agar dengan tahu dan sadar itu
sebagai pintu masuk proses contruksi total unsur-unsur apa saja yang
dianggap Papua dan bukan dianggap pure (asli) Papua untuk ditata ulang
wajah MRP kedepan. Agar MRP benar-benar berwajah Asli Papua.Innovasi
(pembaharuan) MRP karena itu sangat penting mendesak sebagai bagian
dari proses pureficate secara fundamental total harus dilakukan.
Langkah-langkah revolusioner ini harus dilakukan oleh tidak saja
anggota MRP baru tapi bersama-sama seluruh element komponent komunitas
rakyat Papua 270 suku dan bahasa Papua.
USUL KONKRIT
Utusan
MRP unsur agama harus diganti dengan utusan unsur PEMUDA atau unsur
lain. Demikian ini adalah sebagai bagian dari usaha merekontruksi dan
innovasi institusi MRP sebagai refresentasi cultural Rakyat Pribumi
Asli asal Papua. Sebab dalam pengertiannya budaya menyangkut bahasa,
mata pencaharian, seni, kepercayaan dan keterampilan suatu bangsa. Maka
agama apapun agama yang baru datang dan berkembang dewasa ini di Papua
adalah semuanya unsur asing dalam Adat-Budaya Papua. Maka kalau kita
mau konsisten dengan institusi ini benar-benar sebagai refresentasi
cultural orang Papua. Majelis Rakyat Papua (MRP) unsur AGAMA (Islam,
Katolik dan Protestan) yang dijatah wakilnya duduk di MRP periode masa
lalu sesungguhnya bukan unsur pure (asli) made in Papua.
Karena
itu unsur wakil agama di MRP harus diganti dengan unsur PEMUDA atau
lain. Agar MRP secara konsisten dan benar-benar sebagai refresentasi
cultural Rakyat Papua. Mengingat agama pintu masuk unsur asing dalam
adat-budaya Papua guna mengotori nilai-nilai keaslian Papua yang
hakiki. Jika unsur agama dibiarkan tetap ada dan masuk dalam perwakilan
MRP maka implikasinya buruknya adalah UU PERDASUS MRP BABA III Pasal 4
ayat 1 poin (a). "Percaya Kepada Tuhan YangMaha Esa", dan seterusnya
sampai point d masuk sebagai bentuk intervensi negara pada lembaga ADAT
yang tidak perlu harusnya.
Karena itu kedepan MRP wakil
Agama harus ditiadakan atau diganti dengan unsur perwakilan PEMUDA
Papua. Karena jika dibiarkan unsur agama tetap ada maka sesungguhnya
kita sama saja tidak konsisten dengan apa yang kita sebut MRP sebagai
institusi cultutal rakyat Pribumi Papua suku bangsa Melanesia. Dan
ingat UU PERDASUS MRP tahun 2010 lalu dan masuknya pasal 4 ayat 1 point
a, b, c dan d adalah salah satu bentuk intervensi negara dalam
ADAT-BUDAYA Papua.
Demikian ini penting untuk perhatian
semua agar ada perbaikan MRP kedepan. Catatan : Biarlah agama sesuatu
yang suci tanpa dikotori manusia demi ambisi politik. Agama berdimensi
transendental jika dibawa turun ke bumi maka hanya pada tataran moral
etik bukan praktis politik yang akhirnya mengotori kesucian dan
kebaikan agama bagi semua dan universal.
*Ismail
Asso, Ketua Umum Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah Papua
(FKMPT) Papua. Bisa dihubungi melalui kontak HP : 081383418655