L A P O R A N A W A L
Situasi keamanan di daerah perbatasan PNG – PAPUA BARAT Distrik Waris Kabupaten Keerom Papua
Pengantar
Waris adalah salah satu Distrik di perbatasan dari 6 distrik di kabupaten keerom propinsi papua.Distrik Waris terdiri dari 6 desa / kampung dengan jumlah penduduk 2117 jiwa.Penduduk Waris di huni oleh dua suku yaitu Suku Walsa dan Suku Fermanggam.Suku Walsa tersebar di 5 desa di Papua Barat dan 26 desa di PNG sedangkan suku Farmanggam hanya satu desa di Papua Barat dan Empat belas Desa di PNG. Jadi hubungan kekelurgaannya tetap berjalan baik sebab mereka satu tanah adapt,satu bahasa dan satu budaya.sampai saat ini dan seterusnya hubungan mereka tetap langgeng dan utuh.
Pengalaman politik orang Waris cukup kaya.Hampir sebagian besar orang Waris itu pernah menjadi pengungsi. Pengalaman sebagai pengungsi sangat menyedihkan dan mereka tidak mau hal yang sama terulang lagi, karena mereka mengungsi adalah akibat dari situasi politik Papua. Mereka adalah korban isu panas dingin poltik papua.
Dari pengalaman saya selama 7 tahun lebih di waris tidak terlalu menyenangkan. Ada banyak kasus kekerasan yang dilakukan oleh anggota TNI di pos-pos setiap kampung . Namun satu tahun terakhir ini dengan kehadiran pos Tribuana/kopasus situasi keamanan masyarakat perbatasan sangat memprihatinkan. Kehadiran Anggota kopasus akhir-akhir ini sungguh sangat membuat situasi keamanan masyarakat perbatasan merasa tidak aman,resah,tidak tenang dan kreatifitas rakyat mati,karena aktivitas KEJAHATAN KOPASUS,sangat tinggi,dan selalu bertanya – tanya kepada orang – orang Papua yang mereka temui, pertanyaan mereka sangat INTIMIDATIF, TERORIS dan menakutkan.
“Masyarakat Waris punya pengalaman pahit, yang sangat panjang dan mendalam.Mereka adalah KORBAN KEJAHATAN MILITERISME INDONESIA,dengan adanya gejolak politik Papua yang panas dingin tidak menentu. Menurut Ketua Dewan Adat Keerom, Bapak Bonny. Moenda mengatakan, Orang Waris mereka telah beberapa kali mengungsi ke PNG, sekitar Tahun 1962 – 1969,mereka pernah mengungsi tahap pertama.Tahap kedua, pada Tahun 1970 – 1978 yang jumlahnya cukup besar.Tahap terakhir pada Tahun 1980 – an sampai dengan sekarang.Dan tahun 1995 keatas adalah Tahun untuk membangun ketertinggalan dalam semua bidang / aspek kehidupan. Menurut Ketua Dewan Adat Keerom mengatakan bahwa Masyarakat Keerom masih di ancam berupa Teror, Intimidasi,pemukula n yang bersifat penganiayaan, pembunuhan, oleh APARAT NEGARA INDONESIA TNI – POLRI hanya dengan kata OPM.Dalam periode – periode tersebut diatas, Masyarakat Keerom sungguh sangat tidak berdaya, mereka mengalami luka-luka traumatis yang sangat mendalam. Sangat sedih,pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini pihak TNI – POLRI sungguh tidak memiliki Moralitas sebagai manusia, dan tidak mampu menyembuhkan Trauma secarah psikologis menjadi luka pada Masyarakat Waris secarah khusus dan pada umumnya Bangsa Papua. Justru dengan hal tersebut diatas saya memberikan memberikan keberanian,motivasi dan kekuatan bagi masyarakat papua.Mereka seharusnya berani berbicara dalam mengungkapkan kejahatan pelanggaran HAM yang selama ini dialami Masyarakat Keerom secarah khusus dan pada umumnya Bangsa Papua Barat.Terkait dengan hal di atas, maka baru pada tanggal 30 Agustus 2007 atas dukungan dari beberapa anggota DPRDP Kabupaten Keerom menghadirkan Dandrem 172 Praja Wira Bakti, Dandim 1701, Ketua DPRDP, Wakil Bupati Drs. Wafir Kosasi, Kapolres persiapan Kabupaten Keerom,Komdan Danyion 521 dan 407. Dengan susunan acara pada kunjungan Danrem 172 kekampung Banda Distrik Waris Kabupaten Keerom dengan susunan acara :
1.Ucapan selamat datang oleh MC.Sergius Fatem
2.Doa oleh Pastor Jhon Djonga Pr.
3. Kata sambutan dari Bapak Kepala Distrik Waris,Daud Bandaso
4. Kata sambutan dari Ketua DAK Boenny.Moenda
5. Kata sambutan dari Bupati Keerom Drs.Wafir . Kossasi SH
6. Kata sambutan dari Ketua DPRDP Keerom,Konrad. Gusbager
7. Kata sambutan dari Danrem 172, Stef.Burhanudin Siagian
Kemudian dilanjutkan dengan dialok / tanya jawab.
Saya orang ke 4 dalam menyampaikan pertanyaan atau unek – unek kepada Danrem dan rombongan. Pokok permasalahan yang dapat saya sampaikan bahwa Masyarakat Waris adalah Korban KEJAHATAN MILITER Republik Indonesia, hanya karena isu – isu Politik PAPUA, yang hanya di Propaganda yang dibuat oleh KOPASUS,TNI – POLRI. Namun mereka mempunyai kedua tokoh Revolusi yang selama ini berjuang, telah lama meninggal, yaitu Bapak YAN SEWI, telah meninggal tahun 2003 dan terakhir Bapak Amandus May telah meninggal juga di Banda bulan juni tahun 2007 baru – baru ini. Amandus May adalah anggota Korem yang kemudian lari ke hutan, karena sedih melihat penderitaan yang dialami oleh Rakyat-nya akibat kejahatan TNI – POLRI, dan kembali membawah pulang 9 sembilan pucuk senjata laras panjang. Sejak saat itu , Amandus selalu di incar – incar oleh TNI. Sampai dengan saat – saat terakhir hidupnya, Ia masih dalam target TNI. Bahkan setelah ia meniggal anaknya pun, telah menjadi sebuah alasan / obyek masalah untuk sebuah proyek kejahatan Negara di daerah ini dan selama ini anaknya masih dikejar – kejar oleh TNI – POLRI dan secarah lebih khusus KOPASUS. Hanya untuk mencari alasan dengan bertanya – tanya di mana senjata yang di bawah dan di sembunyikan oleh Almarhum Bapak nya.
Berdasarkan latar belakang ini saya menyampaikan keluhan umum yang selama ini dialami oleh Masyarakat Waris,Web,Arso, Senggi dan beberapa tempat lain di Papua yang juga mengalami hal yang sama. Saat dialog dengan Gubernur papua Barat Bapak Barnabas Suebu SH.
1. Turkam Gubernur Papua ke Kampung Workwana Distrik Arso Kabupaten Keerom Tanggal, 23 – 24 juni 2007 Papua Barat.
Forum dialog dengan Gubernur saya menyampaikan inspirasi dari Masyarakat Asli Papua yang berada di tapal batas.Mewakili tokoh Agama, saya memberikan masukan kepada bapak Gubernur tentang dua hal.
1. Gubernur Barnabas suebu,SH,segerah selesaikan masalah Hukum dan Ham di tanah papua,terutama masalah pelanggaran oleh pihak TNI-POLRI di wilayah Keerom.
2. Segerah membuka ruang demokrasi bagi rakyat papua,terutama bagi masyarakat sipil papua di Kabupaten Keerom.